A.
Pengertian
Pembelajaran Dick And Carey
Model pembelajaran Dick dan Carey
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem
(System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem
pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan
evaluasi. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri
atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas
pembelajaran yang lebih besar. Dick dan
Carey memasukan unsure kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus
yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan
proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini dipelukan untuk dapat menciptakan
desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
B.
Model Rancangan Dick And Carey
Menurut Gafur dalam Soeharto ( 1988:
12) definisi desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan
dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk didalamnya adalah
pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan
kegiatan mengevaluasi hasil belajar.
Perancangan bahan pembelajaran dan
lingkungan belajar bisa berpedoman pola pikir dan prosedur yang berbeda (
Molenda & Boling, 2008:103). Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik
awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dari
perbaikan kualitas desain pembelajaran dan merancang pembelajaran dengan
pendekatan sistem (Degeng, 1999: 2).
Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang dilakukan
dengan menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk
diaplikasikan ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran (Pribadi, 2009:
82).
Hakikat pendekatan sistem adalah
membagi proses perencanaan pembelajaran kedalam langkah langkah, menyusun
langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil tiap tiap langkah sebagai
masukan langkah berikutnya (
Molenda & Boling, 2008:104). Ada banyak model desain yang menggunakan
pendekatan sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah dan nama langkah langkahnya, serta fungsi
masing masing langkah yang direkomendasikan ( Molenda & Boling,
2008:110).
C.
Langkah
– Langkah Pembelajaran Dick And Carey
1. Mengidentifikasi
tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran idealnya
diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang
pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19). Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah
tercapainya tujuan pembelajaran umum,
oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara
mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan.
2. Melakukan
Analisis Pembelajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran
adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada
pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37)
Karena prosesnya relatif kompleks, analisis
pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua
tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas
belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan
bawahan. Keduanya merupakan proses
analisa pembelajaran.
Pembelajaran ketrampilan psikomotor
biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan
motorik. Langkah pertama untuk analisa
dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81).
3. Menganalisis
Karakteristik Siswa Dan Konteks Pembelajaran
Selain melakukan analisis tujuan
pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini
adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks
pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel.
Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang
dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis
terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh
siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang
akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang
program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang
akan digunakan.
4. Merumuskan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Perumusan tujuan khusus pembelajaran
merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus,
ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
a.
Menentukan
pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
b.
Kondisi
yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan
yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus
menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika
pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999:
2). Komponen kondisi bisa berupa bahan
dan alat, informasi dan lingkungan.
c.
Indikator
atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa
kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau
kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).
5. Mengembangkan
Instrumen Penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen
penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu
diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah
instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Beberapa tujuan pembelajaran
tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja
dengan pengamatan penilai. Untuk membuat
instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang
dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al,
2001:173).
Tes acuan patokan disusun secara
langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat
jenis tes acuan patokan :
a.
Tes
perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan
yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
b.
Tes
pendahuluan atau pre test, adalah tes
acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan
dengan analisis pembelajaran. Pre test
tidak selalu harus dilakukan. Pada saat
topic yang akan dipelajari merupakan sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan
kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar mungkin menebak
jawaban tes.
c.
Latihan
adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan
ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya
sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan
memonitor kecepatan pembelajaran.
d.
Post test adalah tes acuan patokan yang
mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang
dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang
tidak berhasil.
Keempat jenis tes itu dimaksudkan
untuk digunakan selama proses desain pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).
Item tes dan tugas harus sesuai
dengan :
1. Tujuan sementara dan tujuan akhir
pembelajaran
2. Karakteristik dan kebutuhan
pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar,
tingkat motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan
kebutuhan khusus pebelajar (Dick, et al,
2001: 151-153). Desainer juga harus
membuat keadaan pada saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas
harus realistis atau autentik. Pebelajar
juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.
6.
Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan
strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan
disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep
strategi pembelajaran adalah the events
of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick
and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1)
aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi
pebelajar, 4) penilaian dan 5) aktifitas
lanjutan (Dick, et al, 2001: 189).
Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan
tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar.
Selanjutnya dilakukan penyajian materi.
Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan konsep konsep baru saja,
tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer juga memutuskan berapa
jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep. Salah satu
komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan
balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai
dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer
meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses
belajar.
7.
Mengembangkan Dan Memilih Bahan Ajar
Bahan ajar memuat isi yang akan
digunakan pebelajar untuk mencapai
tujuan. Termasuk didalamnya adalah
tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses
belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan
digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan
tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah
soal pre test dan post test. Selain bahan ajar, diperlukan
juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar (Dick, et
al, 2001: 245)
8.
Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi
Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah
untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan
pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai
masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data
dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal
yang penting (Dick et al, 2001: 285)
Tiga jenis evaluasi formatif dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu :
a. Evaluasi perorangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap
pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui
kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk
memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan
memperoleh petunjuk awal daya guna bahan
ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar.
Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan
dibawah rata-rata.
b. Evaluasi kelompok kecil
Evaluasi kelompok kecil dilakukan
dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi
ini dilakukan untuk menentukan
efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin masih
ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi
langsung dengan pengembangan.
c. Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan adalah uji coba
program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program
tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
9.
Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran
Langkah akhir dari proses desain
pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data
yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk
mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran.
Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja,
tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan
dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi
formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program
pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program
tersebut.
10. Merancang
Dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis
evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap
sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh
Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai
dievaluasi secara formatif dan direvisi
sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak
melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini
merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain
sistem pembelajaran.
Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan
sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah
program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini
memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah
akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya.
D.
Kelebihan
Dan Kelemahan Model Pembelajaran Dick And Carey
1. Kelebihan
Model Dick dan Carrey
a. Setiap langkah jelas, sehingga dapat
diikuti
b. Teratur, efektif dan Efisien dalam
pelaksanaa
c. Merupakan model atau perencanaan
pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti.
d. Adanya revisi pada analisis
instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena
apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis
instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya
e. Model Dick & Carey sangat
lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu
perencanaan pembelajaran.
2. Kelemahan
Model Dick dan Carrey
a. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
b. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM
dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
c. Tidak cocok diterapkan dalam
pembelajaran skala besar
d. Uji coba tidak diuraikan secara
jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah
diadakan tes formatif
e. Pada tahap-tahap pengembangan tes
hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian
bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar
(validasi).
f.
Terlalu
banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran
0 komentar:
Posting Komentar